16 July 2014

Ketakutan Terbesarku

Aku menulis ini ketika air mataku telah mengering. Kita baru selesai bercerita panjang lebar, kemudian kamu memilih untuk berhenti membuka semua duniamu karena ingin melanjutkan pekerjaanmu. Aku tidak tahu bahwa pria setangguh dan sehumoris kamu pernah disakiti seluar biasa itu dan rasanya aku ingin marah besar, memukul, menangis, meradang, ketika tahu seorang wanita yang pernah menyakitimu, meminta kembali untuk menemuimu. Emosiku makin memuncak ketika mengetahui wanita itu mengucap sayang dan rindu hingga berembel-embel tak bisa melupakanmu. Saat itu, aku marah besar. Rasanya ingin kukeluarkan semua tenagaku untuk memaki wanita itu, tapi mengingat status kita yang hanya teman biasa, aku kembali bungkam untuk yang kesekian kalinya.

Akhir-akhir ini, meskipun pekerjaanku sangat banyak, ternyata aku masih punya waktu untuk memikirkanmu. Di sela-sela ketika aku menulis tentang karakter tokoh dalam novelku dan tokoh itu kurasa setampan kamu, aku langsung mengingatmu dan meraih ponsel untuk menghubungimu; walaupun sekali lagi pesan-pesanku selalu kaubalas dalam hitungan jam.

Kamu datang membawa energi-energi baru dalam redupnya duniaku. Aku, si penulis lugu yang senang menangis dalam tulisannya ini sedang sibuk meraih dan memilih luka mana yang harus diabadikan dalam tulisan. Lalu, kauhadir dengan membawa kebahagiaan yang sulit kupahami, kamu mengabaikanku dengan sangat gilanya tapi hal itu membuatku semakin ingin berada bersamamu.

Perkenalan kita biasa saja, itu semua karena kenakalanmu yang menggodaku dalam aplikasi chat yang digunakan para pencari jodoh di dunia maya. Aplikasi chat berisi orang-orang kesepian, yang mencari kehangatan dalam balutan tulisan dan candaan percakapan. Kita terjebak dalam ruang itu dan aku tak bisa melawan bahwa ada kenyamanan yang kaubawa dalam hari-hari sepiku. Kamu bercerita tentang dunia yang belum pernah kusinggahi, kamu bercerita mengenai pekerjaanmu, kisah cintamu yang pilu, keluargamu, dan segala hal yang membuatku merasa dihargai. Aku merasa punya hak tersendiri bisa mendengar ceritamu, darimu yang mengalami langsung.

Aku tak pernah berpikir bahwa kenyamanan ini akan berlanjut pada rasa takut kehilangan. Sementara kita, sedang dalam proses sama-sama mengobati luka lama, sama-sama trauma dalam cinta, dan sama-sama ingin fokus pada dunia kerja. Aku tak tahu apakah kenyamanan tumbuh karena kebosananku pada rutinitasku selama ini atau memang sosokmu yang spesial itu sengaja dikirimkan Tuhan untukku?

Dan kamu memeluk tubuhku seperti seorang kakak, mencium keningku seperti seorang ayah, mencium pipiku seperti seorang kekasih, berbisik di telingaku seperti seorang sahabat, menemaniku layaknya saudara; aku semakin terbiasa pada semua tindakanmu. Aku tak ingin berharap terlalu jauh, tapi kedekatan kita tak bisa melarangku untuk tidak memiliki perasaan apapun padamu. Rasanya bohong satu juta persen kalau aku tidak mencintaimu dan tidak takut kehilangan kamu. Aku tahu kaupun tak akan mungkin percaya ada cinta di mata seorang perempuan, yang kaukenal bisa mudah jatuh cinta dengan banyak orang. Ingin kujelaskan semua bahwa penilaianmu itu salah, kamulah satu-satunya jawaban dari doa panjangku. Aku ingin membawamu berjalan lebih jauh lagi, tapi aku pun belum berhasil mengobati perih lukamu, sisa-sisa masa lalumu. 

Aku terus ingin memelukmu, agar tidak pernah kehilangan kamu dan tak akan lagi mencicipi luka ditinggal saat sedang cinta-cintanya. Aku selalu ingin menahanmu pergi, ketika kauharus kembali bergelut dengan dunia kerja, di saat-saat itu juga kamu menghilang dan tanpa kabar. Aku selalu ingin agar waktu berhenti ketika kita bertemu, sehingga aku bisa lebih lama memandangimu, memelukmu, mengajakmu membicarakan mimpi-mimpi kita. 

Harapanku begitu besar padamu dan aku yakin ini semua salahku karena berharap terlalu tinggi. Tapi, apakah berharap menjadi milikmu adalah keinginan yang terlalu tinggi? Kita sudah terlalu dekat, namun ada sekat tak terlihat yang memisahkan hati kita masing-masing, sekat yang bertuliskan "Jangan lanjutkan atau kamu terluka sendirian." Trauma-trauma masa lalu yang masih aku dan kamu usahakan agar segera sembuh. Aku pernah menunjukkan air mata di depanmu dan kamu kebingungan mengapa wanita yang terlihat baik-baik saja seperti aku bisa menunjukkan air mata di depanmu?

Sebenarnya, sederhana saja. Air mata itu terjatuh bukan karena inginku, tapi keinginan hatiku yang tak ingin kamu pergi, tak ingin kita berakhir tanpa alasan yang jelas, tak ingin kita berhenti berjalan ketika di ujung jalan sana; kita telah melihat cahaya terang. Aku takut pada semua hal itu, pada kemungkinan-kemungkinan lain yang tak akan membuatku bahagia. Aku sudah menemukanmu dan tak ingin melepaskanmu, apalagi membiarkan wanita yang hidup di masa lalumu untuk kembali menyakitimu lagi. 

Sekarang, aku sedang ketakutan. Takut kamu berubah ketika aku sedang sangat merasa nyaman padamu. Aku takut kamu pergi ketika aku mulai meletakkanmu di sudut hatiku paling dalam. Ketakutan terbesarku adalah selama ini kamu hanya menganggapku temanmu dan ketika ada teman lain yang lebih baik; kamu akan pergi tanpa perasaan, seakan tak meninggalkan seseorang yang telah lama memperjuangaknmu.

dari adikmu
yang pengecut.

10 comments:

  1. Ka ris baca , hahaah sama banget sama kita :"D

    ReplyDelete
  2. kehilangan orang yang kita sayang memang sangat menakutkan, siapapun nggak menginginkannya, hmm....

    ReplyDelete
  3. selamat siang kak, maaf mau ijin reblog boleh?

    ReplyDelete
  4. "Sekarang, aku sedang ketakutan. Takut kamu berubah
    ketika aku sedang sangat merasa nyaman padamu."
    Keren kak! Persis sama perasaanku saat inii :')

    ReplyDelete
  5. Ketakutan terbesarku adalah selama ini kamu hanya menganggapku temanmu dan ketika ada teman lain yang lebih baik; kamu akan pergi tanpa perasaan, seakan tak meninggalkan seseorang yang telah lama memperjuangaknmu..

    sama kayak kisah aku ya kak:(( cowo nya juga kk kelaskuu:((

    ReplyDelete
  6. Senasib nih :")
    Tapi di aku endingnya malah aku yg pergi karena terlalu sakit rasanya mencintai dan dikasih harapan, aku yg nyerah :")) haha

    ReplyDelete
  7. Paragraf terakhir sih yg paling mengena. ;)

    Dari adikmu, ya...sebatas adik. Hahaha

    ReplyDelete